After A Year



I can't forget March, last year. it was the time I felt I was climbing up to the next level of my life after such a long long journey. It was the moment when I was truly happy; I had just begun my career, in which at the same time I tried to start thinking my private life, and  tried to be open to others as I was to be too introvert before. I did face some obstacles, but it was not comparable to the happiness I felt at that moment. I thought It would be such a great start before finally it turned to be the beginning of a great depression. I lost my best friend to whom I used to share my happiness and sorrow, to whom I leaned my head after the tears. He is the one more than even a family. My life was such a blank after him; I had nowhere to go, nothing to dream and hope. I realized that I was so attached to him. I was counting days after him, hopping that everything was just a bad dream, but every time I woke up it became even real. I had insomnia for months. if I could sleep, I would woke up at midnight tearing.  I even had to take the sleeping pills.  

I still had other friends who I thought I could share my pain, my sorrow. I tried to, but they said I was too much and it made me even lost my courage to stand. Yah, I did realize that I was getting abnormal; how could I get depressed that badly. They were also his friends, but they could easily move on. If I could ask God for what I feel, I wanted to be like them. Yet, the feeling just grew the way it was, I couldn't control even a second. I tried my best, but it ended with even bad depression. You might ask how it could be, I myself asked the same question and never found the answer.

Now, It's been a year. Time flies so fast tough the lost in my heart remains. It may take time for me to live this new life; I am trying and will always. Thanks for those who have helped me to stand, who lifted me up in my pain. Thanks for the one who always hold my hand helping, giving me care. Sometimes it just appears in my mind a question of why you become so kind…I tried to guess, but then I have to stop speculating as I haven’t ready for another end
.

An After



I think I love you,
I know that is true surely before I told you.
But what love for if it makes me greedy
What is it for if it makes me worry
What is it for if it makes me feel sorry

I remember how I used to love you quietly
It hurt, but never made me feel sorry
It’s hard, but never made me worry
It’s misery, but I was a batter man for not being greedy

Telling you that I love you, I never regret
But keep loving you is a big mistake
It breaks the heart even deep
It surely will hurt instead


Tentang kita #1


Malam itu, dihari ulang tahunku aku menemuimu entah untuk apa. Aku membawakanmu sebungkus nasi lalu kita memakannya bersama. Sejak itu kita menjadi akrab, sering bersama berbagi cerita, berbagi tangis dan canda. Es cream dan rel kereta menjadi saksi kebersamaan kita. Kita sering menghabiskan waktu untuk sekedar menikmati dinginnya Ice cream atau menanti lewatnya kereta dan menikmati sensasi getarannya. Kamu suka karaoke, dan aku sangat suka mendengarkannya. Aku suka menulis dan kamu suka membacanya. Aku sering menangis, kamu selalu menenangkannya. Kamu sering galau dan aku selalu berhasil membuat kamu tertawa. Kamu bilang aku manja, tapi kamu yang lebih sering minta ditemenin kemana-mana. Banyak orang mempertanyakan status kita, kita hanya tersenyum menjawabnya. Orang mengira ada yang special diantara kita; saat itu mungkin iya melihat caramu memperkenalkanku pada teman-temanmu, caramu memperlakukanku, dan kata-kata dalam setiap pesanmu. Tapi nyatanya kita sendiri tidak pernah tau, tidak pernah menyadari, atau mungkin tidak pernah mau mengakui. Aku tak peduli.

Aku membiarkannya berlalu hingga akhirnya kamu pergi menemui mimpi. Amerika…ya, akhirnya kamu bisa menginjakan kaki di benua yang yang jauh di sana. Sejak itu kita memulai babak baru. Kamu pergi meraih mimpi, aku menjalani hidupku sendiri. Kadang aku rindu, dan begitu bahagia setiap kali kamu menghubungiku. Kadang ingin sekali aku menemuimu untuk sekedar menyapa dan tersenyum meski akhirnya aku urungkan karena gengsi. Tapi itu tak bertahan lama. Aku pun akhirnya sibuk dengan hidupku, kamu juga demikian dengan kehidupan barumu. Waktu lah yang kemudian menjawab apa yang mungkin orang-orang pertanyakan tentang kita. Yah…sejak saat iku aku merasa mulai bisa mendefinisikan perasaanku. Menyayangimu aku mengakuinya, tapi keinginan memilikimu sepertinya tak ada. Kamu adalah teman, yang tentu aku rindu jika lama tak bertemu. Kamu adalah sahabat, yang tentu aku ingin sapa setiap saat. Aku suka cara Tuhan mempertemukan kita. Aku suka rasa yang Tuhan titipkan pada kita yang tak pernah terdefinisikan dengan kata.

Aku kira Amerika benar-benar akan memisahkan kita, ternyata tidak. Kita bertemu lagi setelah kamu kembali. Aku ingat saat itu, di tempat itu, kamu memintaku membelikanmu ice cream dan kita memakannya bersama. Pertemuan itu terasa berbeda, kamu telah dengan duniamu dan aku dengan duniaku. Kita bercerita banyak hal, tapi sudah dengan bahasa yang berbeda. Aku merasa terlalu berat untuk mengikutinya, meski akhirnya kita kembali akrab karena ice cream dan coklat yang selalu berhasil mempertemukan kita.

Akhirnya aku pun kembali ke komunitas yang kita bentuk bersama sebelum kamu ke Amerika. Ya, aku kembali ke sana dan akhirnya kita makin dekat. Saat itu aku mulai merasa bahwa kamu benar-benar sahabat.  Beach Camp bersama Akber adalah awal dimana aku menemukan sosokmu kembali, kamu yang dulu, yang manja dan memanjakanku. Aku ingat bagaimana kamu berjuang melawan deras hujan melintasi bebukitan mengendarai Meo kesayanganku sembari mendengarkan cerita konyolku, padahal saat itu kamu tengah sakit dan tidak memberi tahuku. Kamu juga pasti ingat bagimana aku mulai berani lagi menggodamu dengan coklat di malam valentine. Coklat seharga 1000 rupiah special agar kamu mau mboncengin aku lagi sampai rumah. Ternyata kamu masih seperti dulu, yang luluh dengan manjaku, atau mungkin karena kamu nggak tahan lama-lama melihat muka manjaku makanya kamu pura-pura luluh dengan coklat seharga seribu. Aku tak peduli. 

Rencana Tuhan memang sebuah rahasia besar. Siapa yang menduga setelah acara di pantai itu ternyata aku harus segera pindah ke kost baru yang ternyata sangat dekat dengan kostmu yang jaraknya bahkan tidak sampai 200m. Mulai dari sinilah cerita persahabatan baru kita terjalin.